Self Hypnosis For
Healing
Coach Sydney
Panjiagung
SEJARAH DAN DEFINISI HIPNOSIS
Hipnosis boleh dibilang adalah fenomena alami sehari-hari.
Menjelang tidur dan menjelang bangun kita biasanya berada dalam kondisi
hipnotik alami. Setiap orang dapat dipastikan pernah memasuki keadaan hipnosis
atau dalam bahasa populer sering disebut dengan istilah Trance.
Pada hari ini hipnosis sebagai sebuah pengetahuan sebenarnya
hanya mengangkat kembali fenomena keseharian tersebut. Fenomena hipnosis ini
kita coba jabarkan strukturnya sehingga menjadi mudah untuk dipelajari,
dipahami, dan dipraktekkan.
Pengetahuan hipnosis telah melalui perjalanan yang sangat
panjang, dan mengalami berbagai metamorfosis sebelum mencapai format modern dan
ilmiah seperti pada hari ini. Fenomena hipnosis di masa silam sangat lekat
dengan budaya Trance yang terdapat di berbagai wilayah kebudayaan antara lain
di Mesir, India, Yunani, Roma, dan berbagai belahan dunia lainnya. Di
wilayah-wilayah ini budaya Trance lekat dengan upacara-upacara dan juga
ritual-ritual penyembuhan, sehingga tentu saja sangat lekat pula dengan nuansa
magis dan mistis.
Pengetahuan tentang Trance modern dapat dikatakan dipelopori
untuk pertama kalinya oleh Franz Anton Mesmer (1734 - 1815), seorang dokter
berkebangsaan Austria, dengan teorinya “Animal Magnetism”. Teori ini melahirkan
suatu teknik untuk menghasilkan kondisi Trance yang dikenal dengan istilah
Magnetisme atau Mesmerisme.
Selanjutnya, James Braid (1796 - 1860), seorang dokter
Skotlandia yang berpraktek di Manchester, mencoba menguji teori “Animal
Magnetism” dari Mesmer. Ia menemukan bahwa Trance sama sekali tidak terkait
dengan teori Animal Magnetism melainkan murni merupakan reaksi dari suatu
kekuatan sugesti. Oleh karena itu James Braid pada tahun 1842 menerbitkan buku
yang berjudul : "Neurypnology or The Rationale of Nervous Sleep Considered
In Relation With Animal Magnetism.
James Braid menduga bahwa Trance terkait dengan keadaan
“Nervous Sleep” sehingga ia mengutip nama Dewa Tidur dalam mitologi Yunani
untuk menamakan fenomena ini, yaitu Hypnosis (yang berasal dari kata Hypnos).
Mulai saat itulah pengetahuan tentang fenomena Trance modern disebut dengan
istilah Hipnosis.
Pada tahun 1847, James Braid menemukan beberapa fenomena
utama dari hipnotisme, antara lain : katalepsi, anestesia, dan amnesia yang
ternyata dapat dilakukan tanpa perlu adanya proses tidur. Menyadari munculnya
fenomena ini, James Braid berniat untuk mengubah istilah “Hypnosis” yang telah
diperkenalkannya kepada umum. Sayangnya, upaya tersebut sudah terlambat karena
istilah ini sudah kepalang sangat populer di penjuru Eropa dan kemudian
mendunia dengan cepat.
Karena telah melahirkan istilah Hypnosis, walaupun merupakan
istilah yang tidak terlalu tepat, maka James Braid dianggap sebagai “The Father
of Modern Hypnosis”.
Hipnosis dan hipnoterapi, pada hari ini telah mengalami
perubahan format dan pendekatan yang benar-benar berbeda dibandingkan kala
pertama kali diperkenalkan. Salah satu tokoh yang dianggap peletak dasar dari
hipnoterapi modern adalah dr. Milton Erickson (1901 - 1980), seorang Psikiater
berkebangsaan Amerika.
Milton Erickson adalah pendiri American Society of Clinical
Hypnosis (ASCH) pada tahun 1957. ASCH adalah sebuah komunitas hipnosis ternama
yang telah menghasilkan begitu banyak jurnal-jurnal ilmiah tentang hipnosis dan
penerapannya. Milton Erickson juga banyak memberikan pengaruh ke berbagai
pengetahuan lainnya, seperti konsep Brief Therapy, Solution Focused Brief
Therapy, dan teknik yang telah mendunia yaitu Neuro Linguistic Programming
(NLP). Inilah alasan mengapa NLP begitu lekat dengan nuansa hipnotik. NLP dan
hipnosis adalah ilmu yang saling melengkapi.
Selain Milton Erickson, tokoh penting lain yang
karya-karyanya saya rekomendasikan untuk menjadi bahan pembelajaran lebih
lanjut adalah Dr. Ernest Hilgard. Beliau seorang profesor akademisi terpandang
di Universitas Stanford Amerika yang banyak melakukan riset dan dikenal sebagai
pionir kajian ilmiah tentang hipnosis. Salah satu teknik yang akan kita
praktekkan di kelas diadopsi dari karya beliau yang berjudul "Hypnotic
Susceptibility" (1965).
Dari uraian di atas, pertanyaan yang paling sering
disampaikan adalah: Jadi, apa sesungguhnya hipnosis itu?
Berdasarkan definisi American Psychological Association's
Div 30 (Society of Psychological Hypnosis):
DEFINISI HIPNOSIS
Hipnosis adalah prosedur yang dijalani oleh seorang
praktisi/peneliti saat menangani seseorang dengan memberikan sugesti bahwa dia
mengalami perubahan sensasi, persepsi, pemikiran, dan perilaku. Meskipun beberapa
jenis hipnosis digunakan untuk membuat orang lebih waspada, kebanyakan
mengandung sugesti untuk rileksasi, ketenangan dan kenyamanan. Instruksi untuk
mengimajinasikan atau memikirkan tentang pengalaman menyenangkan seringkali
juga dilakukan dalam proses hipnosis. Orang merespon proses hipnosis dengan
berbagai cara. Sebagian menggambarkan bahwa hipnosis adalah keadaan perhatian
terfokus yang mana mereka merasakan ketenangan dan rileks. Kebanyakan orang
menggambarkan pengalaman tersebut sebagai rasa yang menyenangkan.
HIPNOSIS & GELOMBANG OTAK
Aktivitas otak manusia dapat diukur dengan suatu alat yang
dikenal dengan sebutan EEG (Electroencephalograph). Terdapat 4 wilayah gelombang otak manusia.
- Beta (14 - 24 Cps): Aktivitas otak normal. Dalam keadaan ini manusia dapat berpikir secara multitasking (5 sd 9 hal sekaligus).
- Alpha (7 - 14 Cps): Saat pikiran mulai memasuki keheningan. Dalam keadaan ini fokus pikiran mulai sedikit.
- Theta (3.5 - 7 Cps): Saat pikiran memasuki kondisi yang sangat hening, atau kondisi bermimpi. Dalam keadaan ini fokus biasanya tunggal. Inilah kondisi hipnotik "Deep Trance" dimana kita dapat mengalami disorientasi ruang dan waktu.
- Delta (0.5 - 3.5 Cps): Saat kondisi tidur lelap tanpa mimpi.
Proses hipnosis melalui teknik rileksasi dapat dianalogikan
dengan membawa subyek dari gelombang Beta ke gelombang Alpha melalui teknik
Induksi, kemudian membawa Subyek ke gelombang Theta dengan teknik Deepening.
Pada dasarnya sehari-hari manusia secara alami mengalami
keempat kondisi aktivitas gelombang otak tersebut yaitu pada saat menjelang
tidur (dari Beta menuju Delta) dan pada saat menjelang bangun (dari Delta
menuju Beta).
Itulah alasannya mengapa kita seringkali mengalami fenomena
halusinasi, fenomena terkejut seperti jatuh, fenomena eureup-eureup
(ketindihan) pada saat menjelang tidur dan pada saat tertidur.
Terkadang pula kita merasakan fenomena "nyawa serasa
belum kekumpul" pada saat dibangunkan dari tidur dengan kejutan.
PRINSIP SELF HYPNOSIS
3 hal yang menjadi kunci self Hypnosis:
- Bagaimana mengenali pikiran bawah sadar kita sendiri
- Berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar kita sendiri
- Melakukan sugesti diri
TIPS SELF HYPNOSIS
Prinsip-prinsip tertentu yang sebaiknya ditaati agar sugesti
dapat disampaikan dengan lebih efektif, yaitu:
- Sebisa mungkin menggunakan kalimat positif kecuali tidak ada padanannya. Hindari penggunaan kata-kata negasi misalnya "jangan", "tidak", "bukan" dll.
- Sampaikan sugesti dengan bahasa sejelas mungkin karena subyek/klien dapat menerjemahkan sugesti dengan persepsi yang berbeda-beda.
- Gunakan bahasa yang bersifat pribadi sesuai latar belakang kita. Misalnya penggunaan bahasa daerah jika kita lebih nyaman berbicara dalam bahasa daerah sebagai bahasa ibu.
- Sedapat mungkin melengkapi kalimat sugesti dengan imajinasi dan emosi. Sugesti yang tidak diberi imajinasi dan emosi bak sayur tanpa garam. Tambahkan bumbu imajinasi dan emosi dalam kalimat sugesti.
- Lakukan pengulangan dan penegasan.
Disampaikan oleh
Coach Sydney
Panjiagung
+62 812-1011-725
Pada Group WA Raharjo Institut
tanggal 15 Mei 2020
Notulen
Reza Fathurrohman
+62 895-3911-99827
Poster
Wiwi Parwati
+62 838-9863-2303
Tidak ada komentar:
Posting Komentar