Selasa, 26 Mei 2020

Self Hypnosis For Healing


Self Hypnosis For Healing
Coach Sydney Panjiagung

SEJARAH DAN DEFINISI HIPNOSIS

Hipnosis boleh dibilang adalah fenomena alami sehari-hari. Menjelang tidur dan menjelang bangun kita biasanya berada dalam kondisi hipnotik alami. Setiap orang dapat dipastikan pernah memasuki keadaan hipnosis atau dalam bahasa populer sering disebut dengan istilah Trance.

Pada hari ini hipnosis sebagai sebuah pengetahuan sebenarnya hanya mengangkat kembali fenomena keseharian tersebut. Fenomena hipnosis ini kita coba jabarkan strukturnya sehingga menjadi mudah untuk dipelajari, dipahami, dan dipraktekkan.

Pengetahuan hipnosis telah melalui perjalanan yang sangat panjang, dan mengalami berbagai metamorfosis sebelum mencapai format modern dan ilmiah seperti pada hari ini. Fenomena hipnosis di masa silam sangat lekat dengan budaya Trance yang terdapat di berbagai wilayah kebudayaan antara lain di Mesir, India, Yunani, Roma, dan berbagai belahan dunia lainnya. Di wilayah-wilayah ini budaya Trance lekat dengan upacara-upacara dan juga ritual-ritual penyembuhan, sehingga tentu saja sangat lekat pula dengan nuansa magis dan mistis.

Pengetahuan tentang Trance modern dapat dikatakan dipelopori untuk pertama kalinya oleh Franz Anton Mesmer (1734 - 1815), seorang dokter berkebangsaan Austria, dengan teorinya “Animal Magnetism”. Teori ini melahirkan suatu teknik untuk menghasilkan kondisi Trance yang dikenal dengan istilah Magnetisme atau Mesmerisme.

Selanjutnya, James Braid (1796 - 1860), seorang dokter Skotlandia yang berpraktek di Manchester, mencoba menguji teori “Animal Magnetism” dari Mesmer. Ia menemukan bahwa Trance sama sekali tidak terkait dengan teori Animal Magnetism melainkan murni merupakan reaksi dari suatu kekuatan sugesti. Oleh karena itu James Braid pada tahun 1842 menerbitkan buku yang berjudul : "Neurypnology or The Rationale of Nervous Sleep Considered In Relation With Animal Magnetism.
James Braid menduga bahwa Trance terkait dengan keadaan “Nervous Sleep” sehingga ia mengutip nama Dewa Tidur dalam mitologi Yunani untuk menamakan fenomena ini, yaitu Hypnosis (yang berasal dari kata Hypnos). Mulai saat itulah pengetahuan tentang fenomena Trance modern disebut dengan istilah Hipnosis.

Pada tahun 1847, James Braid menemukan beberapa fenomena utama dari hipnotisme, antara lain : katalepsi, anestesia, dan amnesia yang ternyata dapat dilakukan tanpa perlu adanya proses tidur. Menyadari munculnya fenomena ini, James Braid berniat untuk mengubah istilah “Hypnosis” yang telah diperkenalkannya kepada umum. Sayangnya, upaya tersebut sudah terlambat karena istilah ini sudah kepalang sangat populer di penjuru Eropa dan kemudian mendunia dengan cepat.

Karena telah melahirkan istilah Hypnosis, walaupun merupakan istilah yang tidak terlalu tepat, maka James Braid dianggap sebagai “The Father of Modern Hypnosis”.

Hipnosis dan hipnoterapi, pada hari ini telah mengalami perubahan format dan pendekatan yang benar-benar berbeda dibandingkan kala pertama kali diperkenalkan. Salah satu tokoh yang dianggap peletak dasar dari hipnoterapi modern adalah dr. Milton Erickson (1901 - 1980), seorang Psikiater berkebangsaan Amerika.

Milton Erickson adalah pendiri American Society of Clinical Hypnosis (ASCH) pada tahun 1957. ASCH adalah sebuah komunitas hipnosis ternama yang telah menghasilkan begitu banyak jurnal-jurnal ilmiah tentang hipnosis dan penerapannya. Milton Erickson juga banyak memberikan pengaruh ke berbagai pengetahuan lainnya, seperti konsep Brief Therapy, Solution Focused Brief Therapy, dan teknik yang telah mendunia yaitu Neuro Linguistic Programming (NLP). Inilah alasan mengapa NLP begitu lekat dengan nuansa hipnotik. NLP dan hipnosis adalah ilmu yang saling melengkapi.

Selain Milton Erickson, tokoh penting lain yang karya-karyanya saya rekomendasikan untuk menjadi bahan pembelajaran lebih lanjut adalah Dr. Ernest Hilgard. Beliau seorang profesor akademisi terpandang di Universitas Stanford Amerika yang banyak melakukan riset dan dikenal sebagai pionir kajian ilmiah tentang hipnosis. Salah satu teknik yang akan kita praktekkan di kelas diadopsi dari karya beliau yang berjudul "Hypnotic Susceptibility" (1965).

Dari uraian di atas, pertanyaan yang paling sering disampaikan adalah: Jadi, apa sesungguhnya hipnosis itu?

Berdasarkan definisi American Psychological Association's Div 30 (Society of Psychological Hypnosis):

DEFINISI HIPNOSIS

Hipnosis adalah prosedur yang dijalani oleh seorang praktisi/peneliti saat menangani seseorang dengan memberikan sugesti bahwa dia mengalami perubahan sensasi, persepsi, pemikiran, dan perilaku. Meskipun beberapa jenis hipnosis digunakan untuk membuat orang lebih waspada, kebanyakan mengandung sugesti untuk rileksasi, ketenangan dan kenyamanan. Instruksi untuk mengimajinasikan atau memikirkan tentang pengalaman menyenangkan seringkali juga dilakukan dalam proses hipnosis. Orang merespon proses hipnosis dengan berbagai cara. Sebagian menggambarkan bahwa hipnosis adalah keadaan perhatian terfokus yang mana mereka merasakan ketenangan dan rileks. Kebanyakan orang menggambarkan pengalaman tersebut sebagai rasa yang menyenangkan.

HIPNOSIS & GELOMBANG OTAK

Aktivitas otak manusia dapat diukur dengan suatu alat yang dikenal dengan sebutan EEG (Electroencephalograph). Terdapat 4 wilayah gelombang otak manusia.

  • Beta (14 - 24 Cps): Aktivitas otak normal. Dalam keadaan ini manusia dapat berpikir secara multitasking (5 sd 9 hal sekaligus).
  • Alpha (7 - 14 Cps): Saat pikiran mulai memasuki keheningan. Dalam keadaan ini fokus pikiran mulai sedikit.
  • Theta (3.5 - 7 Cps): Saat pikiran memasuki kondisi yang sangat hening, atau kondisi bermimpi. Dalam keadaan ini fokus biasanya tunggal. Inilah kondisi hipnotik "Deep Trance" dimana kita dapat mengalami disorientasi ruang dan waktu.
  • Delta (0.5 - 3.5 Cps): Saat kondisi tidur lelap tanpa mimpi.

Proses hipnosis melalui teknik rileksasi dapat dianalogikan dengan membawa subyek dari gelombang Beta ke gelombang Alpha melalui teknik Induksi, kemudian membawa Subyek ke gelombang Theta dengan teknik Deepening.

Pada dasarnya sehari-hari manusia secara alami mengalami keempat kondisi aktivitas gelombang otak tersebut yaitu pada saat menjelang tidur (dari Beta menuju Delta) dan pada saat menjelang bangun (dari Delta menuju Beta).

Itulah alasannya mengapa kita seringkali mengalami fenomena halusinasi, fenomena terkejut seperti jatuh, fenomena eureup-eureup (ketindihan) pada saat menjelang tidur dan pada saat tertidur.

Terkadang pula kita merasakan fenomena "nyawa serasa belum kekumpul" pada saat dibangunkan dari tidur dengan kejutan.

PRINSIP SELF HYPNOSIS

3 hal yang menjadi kunci self Hypnosis:
  1. Bagaimana mengenali pikiran bawah sadar kita sendiri
  2. Berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar kita sendiri
  3. Melakukan sugesti diri

TIPS SELF HYPNOSIS

Prinsip-prinsip tertentu yang sebaiknya ditaati agar sugesti dapat disampaikan dengan lebih efektif, yaitu:

  1. Sebisa mungkin menggunakan kalimat positif kecuali tidak ada padanannya. Hindari penggunaan kata-kata negasi misalnya "jangan", "tidak", "bukan" dll.
  2. Sampaikan sugesti dengan bahasa sejelas  mungkin karena subyek/klien dapat menerjemahkan sugesti dengan persepsi yang berbeda-beda.
  3. Gunakan bahasa yang bersifat pribadi sesuai latar belakang kita. Misalnya penggunaan bahasa daerah jika kita lebih nyaman berbicara dalam bahasa daerah sebagai bahasa ibu.
  4. Sedapat mungkin melengkapi kalimat sugesti dengan imajinasi dan emosi. Sugesti yang tidak diberi imajinasi dan emosi bak sayur tanpa garam. Tambahkan bumbu imajinasi dan emosi dalam kalimat sugesti.
  5. Lakukan pengulangan dan penegasan.

Disampaikan oleh

Coach Sydney Panjiagung
+62 812-1011-725

Pada Group WA Raharjo Institut
tanggal  15 Mei 2020

Notulen

Reza Fathurrohman
+62 895-3911-99827

Poster

Wiwi Parwati
+62 838-9863-2303




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengurus RAIN 2021 - 2022