Selasa, 05 Mei 2020

Gelombang Otak



Gambar: http://kimontok.blogspot.com/2016/09/relaksasi-gelombang-otak-cara-cepat.html

Kali ini kita akan belajar tentang Gelombang Otak secara dasar.

Gelombang otak dapat diukur dengan sebuah alat bernama Electroencephalogram (EEG). Penemu EEG adalah Hans Berger (1919-1938) yang merupakan seorang Profesor Psikiater berasal dari Jerman yang menemukan EEG.

EEG adalah sebuah alat yang mampu memvisualisasikan gelombang otak manusia ke dalam bentuk grafik. Penelitian menunjukan bahwa gelombang otak (brainwave) tidak hanya menunjukkan kondisi pikiran dan tubuh seseorang, tetapi dapat juga distimulasi untuk mengubah kondisi mental seseorang.

Gelombang Otak dibagi menjadi Lima Jenis Gelombang Otak: Gamma, Beta, Alpha, Theta dan Delta. Secara singkat berikut penjelasannya : 

Gamma adalah gelombang otak yang terjadi saat kita berada dalam sebuah konflik yang intens

Beta merupakan gelombang otak yang terjadi saat kita berada di kondisi sedang berkonsentrasi atau fokus pada aktivitas yang sedang dilakukan.

Delta memancarkan frekuensi paling tenang di mana kita tertidur lelap. 

Alpha dan Theta, dua gelombang inilah yang membantu kita membuat program-program ingatan jangka panjang di alam bawah sadar.

Saat berada di gelombang Alpha, tubuh kita berada dalam kondisi sangat relaks biasanya ditemukan ketika sudah merasa mengantuk dan hendak tidur. Selagi melamun gelombang ini juga lah yang memainkan peranan. Hormon serotonin dan endorfin dilepaskan sesaat gelombang Alpha aktif. Perasaan tenang, nyaman dan bahagia muncul ketika gelombang ini terpancar.

Hampir mirip dengan gelombang Theta. Gelombang ini berpendar bila kita mengalami tidur ringan atau dalam situasi sangat hening dan tenang seperti kala meditasi atau terapi hipnosis. Itulah mengapa sering kali terdapat seseorang yang mengatakan afirmasi-afirmasi positif ketika meditasi atau hipnosis. Dalam frekuensi ini pikiran kita bisa sangat inspiratif, kreatif, dan intuitif karena kondisi otak berada dalam fokus penuh tanpa distraksi.

Nah dengan mengetahui Gelombang Otak tersebut, kita dapat memprogramnya untuk mencapai hasil maksimal yang kita inginkan bagi kita dan kehidupan kita. Banyak pakar-pakar yang membuat Cara Program untuk memaksimalkan Gelombang Otak tersebut.

Diantaranya adalah

1. Hypnosis
2. Neuro Linguistik Program (NLP)
3. Self Talk

Suci Raharjo, S.AP, M.A, CH, CHt, CF.NLP, C.HLC
FOUNDER RAHARJO INSTITUT
0838-77040468
0857-80173287

Ig: @raharjoinstitut

Dalil Pemberdayaan Diri



          Diawal saya Mohon izin akan coba menyampaikan dulu bahwa memberdayakan Potensi Alam Bawah Sadar tidak bertentangan dengan ajaran agama, yang saya sebagai umat muslim percaya akan adanya Qada dan Qodar Allah.

          Mohon izin saya menyampaikan sejenak beberapa dalil menurut ajaran agama yang saya anut yaitu ISLAM yang menjadi landasan untuk terus belajar dan memaksimalkan potensi alam bawah sadar adalah

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

          “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), “Aku itu dekat”. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah : 186)

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

          Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS: Ibrahim : 7)

          Dilain Surat Allah SWT memastikan bahwa kita bisa mengubah nasib kita sendiri:

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللهِ إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

          Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib/kondisi/keadaan sesuatu kaum sampai mereka mengubah nasib/kondisi/keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS Ar-Ra’d: 11)

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

          Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui (QS. Al-Anfal: 53)

          Allah memberikan manusia suatu "kehendak" yaitu bebas untuk membuat pilihan mereka sendiri, membedakan dan memilih yang baik atau yang buruk. Jika manusia ditakdirkan untuk nasib mereka, "kehendak bebas" tidak akan diberikan kepada mereka.

Kita Tidak  Ditakdirkan pada Nasib kita

          Bukti yang paling jelas bahwa kita tidak diterpaku pada nasib kita adalah  kesadaran kita. Karena, jika kita bertanya kesadaran kita pertanyaan ini: "Apakah ada sesuatu yang memaksa Anda untuk membuat pilihan Anda atau Anda memilih apa yang akan Anda lakukan?", kita akan melihat bahwa ada alasan mempengaruhi pilihan kita, tapi alasan ini hanya mengarahkan kita; mereka tidak memaksa kita, atau mewajibkan kita untuk membuat keputusan atau pilihan.

          Sebagai contoh, ketika kita memasuki ruangan, kita duduk di mana pun kita ingin, kita pergi dekat meja dan memilih salah satu kursi dengan keinginan kita dan duduk di sana. Selama makan, kita memilih apa yang harus makan dengan kehendak kita dan mengambil apa pun yang kita ingin makan. Demikian juga, menceritakan kebohongan atau kebenaran, melakukan perbuatan baik atau perbuatan buruk juga terserah  pilihan kita.

          Selain itu, menganggap manusia sebagai tetap pada nasibnya  adalah seperti menuduh  Allah (swt) kejam dan tidak adil. Karena jika manusia ditakdirkan tetap pada nasibnya, sebagian orang harus minum alkohol sementara sebagian yang lain  harus selalu berdoa dan beribadah. Pada akhirnya orang-orang berdosa akan masuk neraka, sementara yang beribadah akan masuk surga. Apakah mungkin bagi Allah yang salah satunya sifat-Nya adalah "Al-Adil" (Maha Adil) untuk membiarkan  ketidakadilan dan kelainan seperti itu?

Manusia Sering Menuduhkan 'Kesalahannya yang Sengaja Dibuat' pada Takdir

          Asumsikan bahwa Anda mengambil jalan dan setelah beberapa saat jalan dibagi menjadi dua. Anda pergi menuju jalan kiri, tapi tiba-tiba menyadari bahwa ada papan tertulis: ". Jalan ini penuh dengan ular, kalajengking dan banyak bahaya lain" dan di papan yang sama ia juga mengatakan: "Jalan lain di sebelah kanan adalah aman , bebas dari bahaya dan membawa Anda ke istana penuh dengan jamuan megah dan taman-taman indah yang di dalamnya segala sesuatu  ditawarkan sebagai imbalan. "Apa yang akan Anda katakan? Dalam hal ini, jika Anda mengatakan "? Ayo, siapa yang peduli jika itu begitu atau tidak" dan memilih jalan berbahaya secara sengaja dan terus berjalan di jalan itu, apakah Anda pikir akan logis untuk mengatakan: "Mereka memaksa saya untuk pergi ke jalan ini . "? 

          Hal ini seperti lift, Anda ingin pergi ke lantai 5 dan Anda menekan tombol untuk lantai 5 dengan kehendak Anda dan Lift membawa Anda ke sana. Jika Anda ingin pergi ke lantai-2, Anda akan menekan tombol itu dengan kehendak Anda sendiri dan Lift akan membawa Anda ke sana. Anda ingin melakukan perbuatan baik, yang Anda inginkan dengan kemauan Anda sendiri, Anda menekan tombol dan Allah menciptakan tindakannya dan membuatnya jadi mungkin. 

          Demikian juga, Allah (swt) menunjukkan manusia dua cara yang mana konsekuensi  jelas dan memberitahu mereka melalui para nabi bahwa salah satu jalan mengarah ke Jannah sebagai imbalan dan jalan lainnya mengarah ke neraka sebagai hukuman. Jika kita masih memilih untuk melakukan apa yang Allah (swt) larang untuk kita dengan  sengaja,  dan mengetahui bahwa ada hukuman sebagai akibat dari perbuatan ini, apakah Anda pikir kita punya hak untuk mengatakan: "Saya memilih cara ini, karena sudah ditulis dalam takdir saya. "?

"dikuti dari beberapa catatan dan sumber"

Suci Raharjo, S.AP, M.A, CH, CHt, CF.NLP, C.HLC
FOUNDER RAHARJO INSTITUT
0838-77040468
0857-80173287

Ig: @raharjoinstitut

Teori Sigmund Freud

          Ilmuan lain yang mengkaji tentang Fikiran manusia adalah Sigmund Freud (lahir di Freiberg, 6 Mei 1856 – meninggal di London, 23 September 1939 pada umur 83 tahun) adalah seorang Pendiri Aliran Psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi.
          
          Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni: sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan bawah sadar (unconscious). Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang Adanya Alam Bawah Sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku.           
          Selain itu, dia juga memberikan pernyataan bahwa perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
          Laiknya gunung es yang muncul di permukaan, yang tampak hanya 12 % saja, 88 % sisanya masih tenggelam di dalam lautan.

          Yang 12 % itu dise-but sebagai alam atau pikiran sadar (conscious mind). Sisanya, 88 % disebut alam bawah sadar (unconscious).

          Antara alam sadar dan bawah sadar dibatasi se-buah garis filter yang disebut Reticular Activating System atau biasa disebut Critical Area.

          Garis ini berfungsi melindungi manusia dari informasi-inforrnasi yang tak perlu, sehingga seseorang tetap terlihat sadar dan waras. Nah, selama ini, kemampuan otak yang digunakan oleh manusia hanya 12 %, sisanya tenggelam dalam diri kita.
          Bayangkan, dengan 12 % dari keseluruhan otak manusia, kita sudah sedemikian hebat. Bisa hitung-menghitung, bisa menelurkan gagasan-gagasan baru yang begitu spetakuler, mampu menghasilkan robot-robot dan mesin-mesin elektronik yang sangat hebat dan sebagainya. Lalu bagaimana jika kemampuan otak yang 88 % itu kita bisa manfaatkan?

          Setelah mengetahui kebenaran pikiran bawah sadar tersebut, apakah benar dengan menggali 88 % potensi yang masih tertanam dalam diri kita, kita dapat mengubah hidup dan kehidupan kita menjadi luar biasa, menjadi orang yang selalu diliputi oleh Keberuntungan dan Nasib Baik? Apakah sehebat itu Fenomena Alam Bawah Sadar atau yang biasa disebut UNCONSCIOUS MIND ??

Suci Raharjo, S.AP, M.A, CH, CHt, CF.NLP, C.HLC
FOUNDER RAHARJO INSTITUT
0838-77040468
0857-80173287

Ig: @raharjoinstitut

Pengurus RAIN 2021 - 2022